Ada seorang peserta workshop saya menanyakan kepada saya apa yang
dimaksudkan dengan keyakinan (belief) dan iman (faith) dalam konteks apa
yang dilakukan akan berhasil atau tidak. Saat itu saya tidak terlalu
memahami pertanyaannya dan kemudian mengali lebih dalam lagi apa yang
dimaksudkan olehnya. Dia menceritakan ada seseorang yang mengatakan
kepadanya bahwa dirinya seperti seseorang yang tidak yakin dan tidak
punya iman khususnya dalam berjualan. Jadi seperti seseorang yang
mempunyai keraguan yang sangat besar. Padahal dia merasa sudah berdoa
dan sudah melakukan pekerjaaannya maksimum. Lalu saya tanya kepadanya
agar semakin jelas, dia mengatakan bahwa sering merasa sudah berdoa,
mengaffirmasi tetapi kok suka lama dan sering tidak sabaran. Patokannya
dia bila dalam satu minggu tidak ada hasil, dia merasakan kegamangan.
Kemudian saya akhirnya memahami pertanyaannya.
Di dalam konsep law of attraction, untuk berhasil menarik sesuatu
maka harus menjalani beberapa tahap yaitu: Ask (minta) kemudian percaya
atau meyakini atau mengimani (belief / Faith) dan yang ketiga adalah
bersyukur (gratitude) dan bertindak (action). Disini saya tidak membahas
tahap-tahap yang lain, saya fokus ditahap percaya atau meyakini atau
mengimani. Banyak yang mengatakan bahwa dia sudah percaya atau meyakini
bahkan mengimani apa yang mereka minta, lalu akhirnya mereka jatuh ke
dalam problem yang sama yaitu keraguan apakah bakal diberikan oleh Tuhan
atau bener tidak bakal terjadi? Menurut pendapat saya, ini bukan
percaya dan mengimani. Bila yang namanya percaya dan mengimani serta
meyakini pasti tidak akan pernah bertanya apakah ini bakal berhasil atau
tidak. Baik prosesnya cepat atau lambat tetap saja diimani bahwa pasti
bakal datang jawaban tersebut yang terbaik. Ini yang kadang melemahkan
mental anda, keraguan terjadi. Ada satu orang klien saya juga mempunyai
sebuah kasus yang menarik. Dia adalah orang yang cukup rajin berdoa dan
cukup rajin membaca buku. Bisa dikatakan orang ini cukup cerdas. Dan dia
berbisnis dibidang asuransi. Uniknya, orang ini seperti selalu berkutat
hal yang sama dalam satu kegagalan ke kegagalan yang lain. Dia bertanya
kepada saya, apa yang menjadi masalah dirinya. Lalu dia bercerita bahwa
dirinya sering sekali mandek melakukan pekerjaannya bila mendapat
masalah sedikit saja dan itu bisa berefek berbulan-bulan tidak melakukan
apapun juga. Kemudian dia menceritakan bahwa dia sudah rajin berdoa
bahkan sering berdoa tengah malam agar mendapat jawaban dari
permasalahan dia. Sampai suatu ketika dia bercerita, bahwa orang tuanya
yang tinggal di luar pulau ingin pergi ke tanah suci sehingga dia harus
pulang untuk menemui orang tuanya sedangkan dirinya tidak mempunyai
uang. Lalu orang itu uniknya selama hampir 1,5 bulan lebih tidak
melakukan pekerjaannya bahkan cenderung bingung bagaimana caranya untuk
mencari pinjaman ke sana dan kesini. Lalu saya sadar, bahwa ini yang
menjadi titik masalahnya. Bisa saya katakan bahwa dia tidak meyakini
atau mengimani apa yang dia doakan kepada Tuhan. Bila dia meyakini atau
mengimani apa yang dilakukan, pasti dia serahkan seluruh kekhawatiran
dia kepada yang Maha Kuasa. Karena secara logika, dalam 1 bulan dirinya
berusaha lebih keras, dia pasti bisa mendapatkan uang untuk pulang ke
daerah. Ini yang saya sebut Negatif Mental Attitude, apalagi seperti
yang kita tahu. Bila kita memunculkan ke khawatiran maka yang terjadi
aura kita menjadi negatif sehingga tidak bisa menarik rejeki pula. Bila
dilihat dari prinsip law of attraction, dia juga melanggar bagian
meyakini/ mengimani dan juga melanggar untuk melakukan tindakan
(action).
Saya mendapat sebuah cerita pendek dari BBM, mengenai kenapa doa itu
belum terjawab walau kita sudah mengimaninya, cerita ini patut menjadi
renungan buat kita.
Dari 43.000 pelamar, kemudian 10.000 orang, dan kini aku menjadi
bagian dari 100 orang yang berkumpul untuk penilaian akhir. Ada
simulator, uji klaustrofobi , latihan ketangkasan, percobaan mabuk
udara.
Siapakah di antara kami yg bisa melewati ujian akhir ini?
Tuhan, biarlah diriku yg terpilih, begitu aku berdoa.
Lalu tibalah berita yg menghancurkan itu. NASA memilih Christina McAufliffe. Aku kalah.
Impian hidupku hancur. Aku mengalami depresi.
Rasa percaya diriku lenyap, dan amarah menggantikan kebahagiaanku.
Aku mempertanyakan semuanya. Kenapa Tuhan? Kenapa bukan aku? Bagian diriku yg mana yg kurang? Mengapa aku diperlakukan kejam?
Aku berpaling pada Ayahku. Katanya, “Semua terjadi karena suatu alasan.”
Selasa, 28 Januari 1986, aku berkumpul bersama teman-teman untuk
melihat peluncuran Challanger.
Saat pesawat itu melewati menara landasan pacu, aku menantang impianku untuk terakhir kali.
TUHAN, Sebenarnya aku bersedia melakukan apa saja agar berada di dalam pesawat itu.
Kenapa bukan aku?
73 detik kemudian, Tuhan menjawab semua pertanyaanku dan menghapus
semua keraguanku saat Challanger meledak, dan menewaskan semua
penumpang.
Aku teringat kata2 ayahku,”Semua terjadi karena suatu alasan.”
Aku tidak terpilih dalam penerbangan itu, walaupun Aku sangat
menginginkannya karena TUHAN memiliki alasan lain untuk kehadiranku di
bumi ini. Aku memiliki misi lain dalam hidup. Aku tidak kalah; aku
seorang pemenang.
Aku menang karena aku telah kalah. Aku, Frank Slazak, masih hidup
untuk bersyukur pada Tuhan karena tdk semua doaku dikabulkan.
Ternyata, TUHAN mengabulkan doa kita dengan 3 cara :
1. Apabila TUHAN mengatakan YA; maka kita akan MENDAPATKAN APA YG KITA MINTA,
2. Apabila TUHAN mengatakan TIDAK; maka kita akan mendptkan yg LEBIH BAIK,
3. Apabila TUHAN mengatakan TUNGGU; maka kita akan mendptkan yg TERBAIK sesuai dg kehendak-NYA.
TUHAN tidak pernah terlambat, DIA juga tidak ter-gesa2. DIA selalu tepat waktu
Menurut saya ini sebuah cerita yang menarik untuk direnungkan. Begitu
juga ada sebuah kisah nyata dari w clement stone seorang motivator TOP
dan pernah menulis buku bareng dengan Napoleon Hill (penulis Think and
Grow Rich), ada seorang sales asuransi yang bekerjasama dg W Clement
stone dan orang tersebut sudah selama 5 tahun berjualan di Sioux City,
Iowa. Dan selama 5 tahun pula dia gagal jualan disana dan dia
beranggapan karena daerah tersebut kebanyakan dari keturunan Belanda dan
dia menganggap orang Belanda tersebut tidak percaya dengan orang diluar
Belanda dan tidak akan mau membeli dari mereka. Ini yang dinamakan
Negative Mental Attitude. Sales tersebut sudah punya keyakinan akan
gagal sebelum jualan dan itu yang terjadi. Akhirnya W Clement Stone
penasaran dan akan mencoba membuktikan bahwa pemikiran itu salah. Lalu
sepanjang perjalanan menuju Sioux Center, Iowa W Clement Stone melakukan
visualisasi dan memasukan kata-kata affirmasi yang mengatakan “wah
bagus, kalau mereka percaya sama orang yang satu suku dengan mereka
berarti saya harus mencari orang yang tepat untuk dijual sehingga mereka
menjadi percaya seluruhnya dan membeli dari kita. Dan dia terus berdoa
dan mengimani bahwa mereka pasti membeli dan terus berdoa Tuhan bantu
saya dalam penjualan ini dan terus melakukan affirmasi berulang-ulang
lalu akhirnya tertidur. Setelah sampai disana, beliau akhirnya masuk ke
sebuah bank dan memprospek kepala cabang Bank tersebut dan menariknya
orang tersebut menandatangani kontrak pembelian tersebut begitu juga
dengan karyawannya. Hanya satu orang saja yang tidak membeli di Bank
tersebut. Lalu dia keliling ke pusat kota dan lagi-lagi orang pada
membelinya. Wow, beliau langsung bersyukur kepada Tuhan bahwa doanya
terkabul dan apa yang dia yakini ternyata berhasil. Ini yang disebut
Positive Mental Attitude. Beliau hanya melakukan affirmasi, visualisasi
dan berdoa untuk melakukan sesuatu yang berbeda. Ya betul, sales
tersebut juga melakukan hal yang sama tetapi untuk membuktikan bahwa dia
gagal, ini yang disebut Negative Mental attitude. Kembali lagi kepada
diri sendiri, apa yang anda mau percayai maka itu yang akan anda
terima. Bagaimana dengan anda?
klik outbound malang yang pasti seru abis deh !! :)